Kamis, 26 Desember 2013

Manusia itu kotor,,,,ada pada kita jawabannya

CLEANING SERVICE

Manusia itu kotor. Ya, itulah kenyataan yang tidak bisa dipungkiri.
Paling tidak dalam arti harfiah. Masing-masing dari kita sebagai
manusia pasti mengeluarkan kotoran. Tidak hanya itu, kehadiran kita
dimana pun kita berada kadang tidak disadari akan menimbulkan kotoran,
entah itu kotoran dari alas kaki, tangan yang berminyak, ketombe yang
jatuh, asap dan puntung rokok, dan lain sebagainya. Padahal kita
sendiri ingin bersih dan cenderung malas untuk membersihkan kotoran
yang kita bawa atau terbawa oleh kita.
Kantor adalah salah satu tempat dimana orang melakukan aktivitas dan
rutinitasnya. Dengan semakin banyaknya orang di dalam kantor itu pasti
berbanding lurus dengan volume kotorannya. Karena kondisi malas
itulah, sosok pembersih ruangan dibutuhkan, yaitu cleaning service
(CS). Seperti yang sering kita lihat di kantor-kantor, mereka
berseragam khusus yang berbeda dengan seragam yang berlaku untuk
karyawan di kantor itu. Seperti yang ada di kantorku, mereka
berseragam kemeja berbahan katun berwarna biru muda, celana panjang
warna gelap, dan bersepatu. Per lantai ditugaskan 2 orang, satu
laki-laki dan satu perempuan.
Tanggung jawab mereka, tentu saja, untuk menjaga agar kondisi kantor
tetap bersih. Bila dijabarkan lebih detail, tugas mereka yaitu
membersihkan kloset, urinoir, menyapu, mengepel, dan bahkan
membersihkan langit-langit atau plafon. Yang paling kita rasakan peran
mereka adalah pada toilet. Kloset merupakan area yang sangat rawan
akan kotoran karena ia menampung sesuatu yang ‘besar’ dan ‘kecil’.
Terus terang, aku sendiri cenderung mual dan jijik apabila melihat
kotoran-kotoran yang masih ‘tersisa’ di sisi-sisi kloset. Di rumah,
aku selalu menghindari pekerjaan membersihkan toilet dan sekalipun aku
tidak ingin sama sekali untuk melakukannya. Sedangkan para CS
melakukan itu setiap hari kerja mereka. Mereka menyiram dan menggosok
supaya selalu terlihat bersih. Aku susah membayangkan apabila aku
berada di posisi mereka, dimana aku berjarak cukup dekat dengan
kotoran-kotoran itu. Ugh!
Lantai toilet pun tidak jarang berada dalam kondisi kering. Air yang
menggenang di lantai membuat basah alas kaki dan tentu saja akan
menimbuilkan jejak kaki yang kotor. Ini termasuk dalam tanggung jawab
mereka untuk membersihkannya. Dalam jangka waktu tertentu mereka harus
mengepelnya dengan kondisi orang-orang masih berlalu-lalang. Bisa
dibayangkan lantai yang masih basah harus diinjak dan tentu saja akan
kotor kembali. Aku ingat betapa jengkelnya aku ketika lantai yang
sudah dipel  dilewati oleh kakak. Rasanya sia-sia aku mengepel. Apa ya
kira-kira yang CS rasakan dengan kondisi itu?
Dengan kapasitas ruangan kantor yang terbatas, sering sekali ruangan
khusus untuk CS ini kurang representatif atau bisa dikatakan tidak
layak, salah satunya di pantry. Pantry rata-rata berukuran 1,5 x 1,5
m2. Mereka beristirahat di situ berdampingan dengan wastafel untuk
mencuci piring atau gelas. Ketika aku hendak mencuci gelas sendiri di
pantry, dengan perasaan humble, aku permisi kepada mereka yang
kebetulan sedang tidur. Mereka menjawab dengan senyum, “Oh, silakan
Mas Adit.”
Hal yang cukup melegakan aku adalah mereka dibayar sudah diatas Upah
Minimum Regional (UMR) namun berapa besarannya aku tidak tahu. Entah
mengapa dalam seminggu hari kerja mereka sebanyak 6 hari. Sabtu mereka
masih masuk. Aku membayangkan, gila juga kerja mereka.
Dengan kondisi saat ini dimana lapangan pekerjaan semakin susah
didapat, beberapa orang ‘rela’ bekerja menjadi CS asalkan mereka bisa
menghidupi keluarga mereka. Aku yakin, tidak ada seorang pun yang rela
bergumul dengan kotoran dalam hidupnya. Namun tuntutan lain
mendominasi dan mengalahkan perasaan mereka itu. Sudah sepatutnyalah
kita memberikan apresiasi atas pekerjaan dan usaha mereka dalam
menjaga lingkungan kerja kita untuk tetap bersih. Karena kita sendiri
belum tentu sanggup dan rela untuk melakukan pekerjaan mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar