Kamis, 26 Desember 2013

Kisah Seorang Cleaning Service KFC Menjadi Boss Rocket Chicken

Kisah Seorang Cleaning Service KFC Menjadi Boss Rocket Chicken

Bekerja sebagai cleaning service merupakan awal mimpinya untuk hidup mandiri dan dapat membiayai kuliah. Namun, karena kesibukannya bekerja sebagai cleaning service di restoran cepat saji tersebut, Nurul Atik harus mengubur impiannya dalam-dalam untuk melanjutkan pendidikannya. Ia malah membangun sendiri usaha makanan cepat saji yang kini sukses.



Anda pasti pernah mendengar ungkapan: “Orang yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil.” Ungkapan ini mungkin cocok disematkan bagi seorang Nurul Atik. Pria asal Jepara ini menapaki kesuksesan dari jalan berliku.

Mantan cleaning service ini sekarang memiliki Rocket Chicken, perusahaan waralaba di bidang makanan cepat saji. Kini, ia memiliki 83 mitra di seluruh Indonesia. Ia mendapat pembayaran biaya royalti hingga Rp 100 juta dari para mitra.


Sebelum menjadi Presiden Direktur Rocket Chicken, Nurul bekerja sebagai seorang cleaning service di California Fried Chicken (CFC) di Semarang, Jawa Tengah. Dari seorang tukang bersih-bersih resto cepat saji, kini dia menjadi bos resto cepat saji milik sendiri.

Kisah Nurul dalam menapaki dunia kerja berawal ketika ia lulus dari Sekolah Menengah Atas(SMA), 20 tahun lalu. Lantaran ingin meringankan beban orang tua, Nurul pun berencana untuk melanjutkan kuliahnya dengan biaya sendiri.

Sempat menganggur selama setahun mencari pekerjaan, Nurul akhirnya diterima bekerja di CFC di Jalan Pemuda Semarang. Nurul bekerja sesuai dengan profesi yang dibutuhkan pada saat itu yakni sebagai cleaning service alias tukang bersih-bersih di restoran cepat saji itu.

Selama tiga bulan, Nurul menjadi karyawan dengan status trainee. Gaji pertama Nurul sebagai cleaning service pada saat itu hanya Rp 35.000 per bulan. Ia harus membagi gaji itu untuk kebutuhan makan, kos, dan biaya transportasi. Dengan jumlah gaji yang pas-pasan tersebut, sering ia harus berutang pada rekan-rekannya di CFC.

Karena kinerjanya yang bagus, ia kemudian diangkat menjadi pegawai tetap. Selang tiga bulan berjalan, akhirnya Nurul diangkat menjadi tukang cuci piring selama empat bulan.

Ia cepat bergeser ke posisi juru masak selama empat bulan. Karena kinerjanya semakin hari semakin baik Nurul diangkat lagi menjadi kasir selama enam bulan. Tak hanya sampai di situ, Nurul lalu naik pangkat menjadi seorang supervisor selama satu tahun.

Nurul juga mengecap posisi sebagai asisten manajer selama dua tahun di perusahaan yang sama. Karena kekosongan di bagian audit, Nurul kemudian menggantikan posisi tersebut selama tiga bulan. Tak memerlukan waktu yang lama, pria yang kini berusia 42 tahun ini mengecap posisi manajer areal selama dua tahun.

Posisi manajer areal mengharuskan Nurul berkeliling dari kota satu ke kota yang lain untuk memberikan pelatihan kepada karyawan-karyawan baru mulai dari berbagai kota di Jawa Tengah seperti Semarang, Magelang, dan Solo, hingga Yogyakarta.

Dengan kesibukannya bekerja di restoran cepat saji tersebut, Nurul mengubur dalam-dalam impiannya untuk melanjutkan pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi. “Pada saat menjadi cleaning service, ternyata jam kerjanya shift sehingga saya tidak bisa membagi waktu antara kerja dan keinginan untuk kuliah,” tutur Nurul.

Namun, ia tak putus asa. Nurul mempunyai jurus jitu dalam menghadapi tantangan yang ada di depan mata. “Setiap melangkah kita harus memiliki niat yang kuat dan harus ditekuni,” tandas Nurul.

Ia juga mengungkapkan, dalam menjalankan segala kegiatan harus dilandasi dengan percaya diri dan semangat. Menurutnya, ia mendapat banyak pelajaran selama bekerja di restoran cepat saji CFC. Ia banyak mendapat ilmu dari rekan-rekannya yang berkerja di tempat tersebut, dari mulai menghargai hidup sampai pada pengelolaan restoran.

Pada saat bekerja sebagai cleaning service di CFC, Nurul memang tidak memikirkan jumlah pendapatan atau gaji yang ia terima. Ia hanya terus berpikir untuk bekerja sambil belajar apa saja yang didapatnya kala itu.

Karena keinginan yang kuat untuk hidup mandiri itu, Nurul memutuskan mencoba hidup mandiri dengan niat mendirikan usaha sendiri. “Orang tua pun mendukung sepenuhnya apa yang telah menjadi pilihan saya, hidup mandiri,” tandas Nurul.

Jiwa wirausaha tidak bisa dipisahkan dengan sosok Nurul Atik. Walau sudah berada pada posisi yang nyaman di sebuah restoran cepat saji, Nurul memutuskan membuka usaha dengan mereknya sendiri, Rocket Chicken. Cuma butuh waktu setahun, restoran yang menjual fried chicken ini sudah mengembang sampai 83 mitra.

Dengan gaji yang pas-pasan yang ia terima ketika menjadi cleaning service membuat Nurul Atik harus memutar otak agar ia bisa memenuhi kebutuhan saban bulannya. Tak jarang, ia harus meminjam uang dari rekan kerjanya di California Fried Chicken (CFC). Ia juga kerap meminta tambahan uang ke orang tuanya.

Untuk menghemat biaya hidup, Nurul pun harus mencari tempat kos yang jaraknya sekitar lima kilometer dari tempatnya bekerja. Tak jarang dengan alasan pengiritan, ia memilih berjalan kaki sampai satu kilometer. “Kalau sudah lelah, saya baru naik angkot,” ujarnya mengenang.

Kamar kos Nurul juga tak kalah memprihatinkan. Dengan luas 3X3 meter, kamar sewaan itu tak dilengkapi dengan kasur dan perabot lainnya. Kondisi seperti itu dilakoni Nurul kurang lebih selama lima bulan, sampai ia mendapat mess dari kantornya.

Buka usaha
Seiring karier yang terus menanjak serta kondisi ekonomi yang terus membaik, pada usia 29 tahun, Nurul pun memutuskan menikah dengan Emy Setiawati, seorang karyawan di sebuah swalayan di Yogyakarta yang baru dipacarinya dua bulan. “Saat itu, saya sudah menjadi manager di CFC Yogya,” ujar Nurul.

Meski begitu, gaji yang diterima Nurul tak mampu memenuhi kebutuhan selama satu bulan. Apalagi menyusul kemudian pasangan Nurul dan Emy dikarunia momongan. Makanya, setelah melahirkan anak pertama mereka, Emy membantu perekonomian keluarga dengan membuka usaha roti.

Meski posisinya cukup baik di tempat kerjanya, keinginan Nurul untuk membuka usaha sendiri rupanya tak pernah padam. Puncaknya terjadi ketika krisis keuangan melanda Tanah Air tahun 1998, Nurul memutuskan keluar dan membuat usaha sendiri.

Nurul merasa waktu 10 tahun bekerja sudah cukup untuk berguru di restoran cepat saji Amerika Serikat itu. “Saya mantap keluar karena ingin mandiri,” ujarnya.

Pada saat yang sama, seorang kawan mengajak Nurul membuat restoran makanan cepat saji yang mengusung ayam goreng (fried chicken). Ide tersebut muncul karena pada waktu itu membuka restoran cepat saji atau fast food menjadi tren di kalangan masyarakat.

Berbekal pengalamannya, Nurul mantap menerima ajakan temannya. Ia kemudian bertindak sebagai pengembang bisnis, sementara temannya mengurusi permodalan. Usaha keras mereka membawa hasil. Bisnis mereka cepat mengembang. Saat ini, Nurul telah memiliki 86 cabang.

Seiring berjalannya waktu, lelaki kelahiran Jepara, 25 Juni 1966 ini kembali merasa gelisah. Ia tergelitik mengibarkan bendera usaha dengan membuat restoran fried chicken sendiri. Kali ini dengan potensi pasar yang berbeda dengan usaha sebelumnya yang menyasar pasar menengah atas.

Pilihannya jatuh ke pasar menengah bawah. Selain pasarnya lebih besar, segmen tersebut juga belum tersentuh restoran fast food lokal maupun asing. Pada 21 Februari 2010, Nurul lantas mendirikan usaha sendiri dengan nama Rocket Chicken di Jalan Wolter Monginsidi, Semarang.

Perkembangan bisnisnya ini di luar perkiraan Nurul. Antusias masyarakat menyambut bisnis makanan cepat sajinya sangat cujup menggembirakan. Baru setahun berjalan, Nurul memiliki 83 mitra. Dengan sistem waralaba, Nurul mengembangkan bisnisnya tampa mengeluarkan modal uang sepeser pun. “Semuanya hanya didasarkan pada kepercayaan saja,” ujarnya.

Beruntung, kebanyakan mitranya adalah orang-orang yang mengenal dan tahu sosok Nurul yang telah berpengalaman dalam bisnis ayam krispi ini. “Saya cuma jual nama saja, outlet awalnya tak punya,” tandas Nurul.

Bersama mitranya, ayah tiga anak ini hanya menekankan agar menjalankan bisnis dengan kerja keras, tekun serta jujur. Bila itu menjadi landasan, Nurul yakni bahwa usaha mereka akan membawa amanah. Tak cuma bagi karyawan, tapi juga pemilik usaha franchise ayam krispi Rocket Chicken.

Manusia itu kotor,,,,ada pada kita jawabannya

CLEANING SERVICE

Manusia itu kotor. Ya, itulah kenyataan yang tidak bisa dipungkiri.
Paling tidak dalam arti harfiah. Masing-masing dari kita sebagai
manusia pasti mengeluarkan kotoran. Tidak hanya itu, kehadiran kita
dimana pun kita berada kadang tidak disadari akan menimbulkan kotoran,
entah itu kotoran dari alas kaki, tangan yang berminyak, ketombe yang
jatuh, asap dan puntung rokok, dan lain sebagainya. Padahal kita
sendiri ingin bersih dan cenderung malas untuk membersihkan kotoran
yang kita bawa atau terbawa oleh kita.
Kantor adalah salah satu tempat dimana orang melakukan aktivitas dan
rutinitasnya. Dengan semakin banyaknya orang di dalam kantor itu pasti
berbanding lurus dengan volume kotorannya. Karena kondisi malas
itulah, sosok pembersih ruangan dibutuhkan, yaitu cleaning service
(CS). Seperti yang sering kita lihat di kantor-kantor, mereka
berseragam khusus yang berbeda dengan seragam yang berlaku untuk
karyawan di kantor itu. Seperti yang ada di kantorku, mereka
berseragam kemeja berbahan katun berwarna biru muda, celana panjang
warna gelap, dan bersepatu. Per lantai ditugaskan 2 orang, satu
laki-laki dan satu perempuan.
Tanggung jawab mereka, tentu saja, untuk menjaga agar kondisi kantor
tetap bersih. Bila dijabarkan lebih detail, tugas mereka yaitu
membersihkan kloset, urinoir, menyapu, mengepel, dan bahkan
membersihkan langit-langit atau plafon. Yang paling kita rasakan peran
mereka adalah pada toilet. Kloset merupakan area yang sangat rawan
akan kotoran karena ia menampung sesuatu yang ‘besar’ dan ‘kecil’.
Terus terang, aku sendiri cenderung mual dan jijik apabila melihat
kotoran-kotoran yang masih ‘tersisa’ di sisi-sisi kloset. Di rumah,
aku selalu menghindari pekerjaan membersihkan toilet dan sekalipun aku
tidak ingin sama sekali untuk melakukannya. Sedangkan para CS
melakukan itu setiap hari kerja mereka. Mereka menyiram dan menggosok
supaya selalu terlihat bersih. Aku susah membayangkan apabila aku
berada di posisi mereka, dimana aku berjarak cukup dekat dengan
kotoran-kotoran itu. Ugh!
Lantai toilet pun tidak jarang berada dalam kondisi kering. Air yang
menggenang di lantai membuat basah alas kaki dan tentu saja akan
menimbuilkan jejak kaki yang kotor. Ini termasuk dalam tanggung jawab
mereka untuk membersihkannya. Dalam jangka waktu tertentu mereka harus
mengepelnya dengan kondisi orang-orang masih berlalu-lalang. Bisa
dibayangkan lantai yang masih basah harus diinjak dan tentu saja akan
kotor kembali. Aku ingat betapa jengkelnya aku ketika lantai yang
sudah dipel  dilewati oleh kakak. Rasanya sia-sia aku mengepel. Apa ya
kira-kira yang CS rasakan dengan kondisi itu?
Dengan kapasitas ruangan kantor yang terbatas, sering sekali ruangan
khusus untuk CS ini kurang representatif atau bisa dikatakan tidak
layak, salah satunya di pantry. Pantry rata-rata berukuran 1,5 x 1,5
m2. Mereka beristirahat di situ berdampingan dengan wastafel untuk
mencuci piring atau gelas. Ketika aku hendak mencuci gelas sendiri di
pantry, dengan perasaan humble, aku permisi kepada mereka yang
kebetulan sedang tidur. Mereka menjawab dengan senyum, “Oh, silakan
Mas Adit.”
Hal yang cukup melegakan aku adalah mereka dibayar sudah diatas Upah
Minimum Regional (UMR) namun berapa besarannya aku tidak tahu. Entah
mengapa dalam seminggu hari kerja mereka sebanyak 6 hari. Sabtu mereka
masih masuk. Aku membayangkan, gila juga kerja mereka.
Dengan kondisi saat ini dimana lapangan pekerjaan semakin susah
didapat, beberapa orang ‘rela’ bekerja menjadi CS asalkan mereka bisa
menghidupi keluarga mereka. Aku yakin, tidak ada seorang pun yang rela
bergumul dengan kotoran dalam hidupnya. Namun tuntutan lain
mendominasi dan mengalahkan perasaan mereka itu. Sudah sepatutnyalah
kita memberikan apresiasi atas pekerjaan dan usaha mereka dalam
menjaga lingkungan kerja kita untuk tetap bersih. Karena kita sendiri
belum tentu sanggup dan rela untuk melakukan pekerjaan mereka.

Sejarah Cleaning Service Dunia

Sejarah Cleaning Service Di Dunia


Sejarah industri kebersihan di dunia dimulai pada abad ke-17, ketika sebuah badan usaha yang menamakan dirinya Frankfurt Cleaning Industry beroperasi setelah berperang selama 30 tahun di Jerman Utara.
Proyek pertama mereka dimulai dengan pekerjaan membersihkan dinding dan mobil dengan menggunakan sikat. Setelah itu mereka mulai menggunakan sapu, ember, dan tangga untuk merambah proyek pembersihan fasilitas kota saat itu.
Keberadaan industri kebersihan semakin dibutuhkan seiring terjadinya revolusi industri pada abad ke-19 di Frankfurt,  Jerman. Di tengah arus industrialisasi yang mulai menjamur saat itu, berdirilah Belgia Ernest Solvai, sebuah perusahaan yang memproduksi kaca bangunan. Melihat sisi peluang bisnis dari hasil produksi itu, Prancis Marius Moussy , seorang berkebangsaan Prancis yang menetap di Berlin  mendirikanFranzosisches Reinigungsinstitut yang merupakan institut kebersihan Prancis pada tahun 1878. Sebuah perusahaan yang memfokuskan bisnisnya dalam pembersihan kaca gedung.
Bermula dari pembersihan kaca gedung, para karyawan Moussy mulai berpikir mandiri dengan mendirikan beberapa perusahaan sejenis. Mereka mulai melebarkan sayap bisnis pelayanan kebersihan yang tidak hanya membersihkan kaca gedung saja, namun juga membersihkan gedung perkantoran, stasiun kereta api, sampai dengan gedung kementerian Frankfurt.
Pada 1934, profesi klining servis diakui oleh pemerintah Jerman sebagai salah satu profesi profesional dan menjadi merek dagang negara.
Dari sekitar 34.000 perusahaan klining servis yang berdiribeberapa di antaranya bahkan sudah ada yang lebih dari 100 tahun berdedikasi dalam dunia jasa kebersihan.
Untuk secara sah diakui menjadi seorang kliner,  para calon pekerja di Jerman harus mengikuti pendidikan yang setara dengan strata D3, setelah itu, mereka diuji oleh para master klining servis yang berpengalaman. Bagi siapa pun yang ingin mendirikan perusahaan klining servis harus terlebih dulu bekerja sebagai seorang kliner dengan masa kerja minimal tiga tahun sebagai persyaratan mutlak mendapatkan izin usaha pendirian. Belum cukup dengan itu, orang itu juga harus pernah bekerja sebagai kliner minimal selama enam tahun dan kemudian wajib mengikuti ujian lagi untuk mendapatkan gelar master klining servis.
Berikut adalah kronologis perkembangan bisnis industri klining servis di Eropa dan Amerika yang diambil dari berbagai sumber:
1878
Prancis Marius Moussy mendirikan "Prancis Cleaning Institute" yang berbasis di Berlin,                                 Jerman. Memfokuskan pelayanan pada pembersihan kaca gedung.Pada tahun berikutnya, para mantan karyawan Moussy yang sudah mandiri mendirikan beberapa perusahaan baru, salah satunya adalah Cleaning Advance Institute yang memulai pelayanan kebersihan dalam cakupan yang lebih luas lagi. Tidak hanya pembersihan kaca gedung, namun juga konstruksi bangunan, perkantoran, stasiun kereta api, sampai dengan gedung-gedung pemerintahan.
1886
Samuel C. Johnson memulai usaha pemeliharaan lantai di Racine, Wisconsin USA
1888
Pembersihan luar gedung (Building Exteriors) pertama kali dilakukan di Frankfurt oleh seorang kepala mekanik kendaraan. Bahan kimia wax floor, yaitu pelapisan lantai berbahan lilin, diproduksi pertama kali olehSC Johnson.
1901
Asosisasi perusahaan klining servis Jerman berdiri pada bulan April dengan Ernst Kelterborn Gottingenyang bertindak sebagai inisiator.
1901
Majalah klining servis pertama diterbitkan dengan nama International Journal of Cleaning Institute & Business Network.
Asosiasi perusahaan klining servis Jerman mulai mendirikan beberapa cabang di setiap kabupaten, sampai dengan pembinaan kelompok-kelompok kecil di daerah untuk mengembangkan perusahaan sejenis dan memelopori pembentukan serikat pekerja klining servis di Jerman.
Para pengusaha klining servis di Jerman mendesak pemerintah untuk membuat surat pengakuan yang menyejajarkan profesi klining servis sebagai bagian dari profesi profesional yang diakui oleh pemerintah.
1914 - 1918
Hampir semua pekerja pria klining servis direkrut menjadi tentara atau pekerja di pabrik persenjataan, dan posisi mereka digantikan oleh kaum wanita sebagai manajer pertanian dan pekerja pembersih kaca selama perang. Dalam hal ini, asosiasi lalu berfungsi sebagai lembaga pendidikan singkat dan penyedia fasilitas kerja.
1920
Asosiasi perusahaan klining servis Jerman Selatan didirikan. Begitu juga di Jerman Barat             Daya, yangdidirikan di Hannover, memusatkan pelayanan pada pembersihan kaca gedung. Perusahaan klining servis mengalami perkembangan yang pesat pada tahun 1926-1927,menyusul dengan terbentuknya beberapa serikat pekerja klining servis.
1928
Buku tata cara pembersihan gedung pertama kali diterbitkan oleh Düsseldorf Clemens.
1929
Federasi Nasional Pembersihan Kaca dan Gedung didirikan. Asosiasi ini merupakan gabungan dari enam asosiasi regional, yaitu asosiasi perusahaan klining servis Jerman Barat, Jerman Selatan, Jerman Utara, Jerman Timur, Sachsen, dan Jerman Tengah. Düsseldorf Clemens terpilih menjadi ketua pertamanya.
Pada 30 Januari 1933, Nazi mengambil kekuasaan dan memberlakukan “serikat wajib” dan semua profesi diwajibkan untuk bergabung dalam serikat tersebut.
Pada 30 Juni 1934, pemerintah Nazi mengeluarkan surat keputusan bahwa semua profesi harus berada di bawah naungan Partai Buruh Nasional Sosialis Jerman. Partai memiliki hak penuh untuk mengatur kebijakan berjalannya usaha. Asosiasi nasional pembersihan kaca dan gedung dibubarkan.
1939 - 1945
Perang membawa kemunduran yang amat besar bagi dunia industri jasa pembersihan. Untuk yang kesekian kalinya, para pria diwajibkan untuk bergabung dalam kemiliteran atau bekerja di pabrik senjata, dan para wanita dilarang untuk bekerja. Banyak gedung hancur karena serangan udara, dan banyak perusahaan yang tidak beroperasi selama perang berlangsung.
1945
Setelah perang berakhir, kondisi perekonomian sudah mulai pulih dan bisnis jasa pembersihan kaca dan gedung berkembang semakin pesat sampai sekarang.
(Sejarah perkembangan bisnis klining servis di dunia berkembang beriringan dari abad ke-19. Tidak hanya di Jerman namun juga di Amerika dan belahan Eropa lainnya. Bahkan, revolusi industri klining servis juga terjadi di negara-negara lain, yang mungkin belum tercatat.)


Sabtu, 21 Desember 2013

Cleaning Service dan Office Boy Indonesia


  1. Hallo Apa Khabar,,,,,
    Kepada teman-teman Petugas kebersihan dan Office Boy seluruh indonesia atau yang bekerja di luar indonesia marilah kita bersatu, karena kita senasib dan sepenanggungan,,,mari berbagi cerita, berbagi pengalaman baik suka maupun duka,,,,berbagi cara kerja, dan kesulitan kita membersihkan area kita, mudah-mudahan dengan kita bersatu segala keluhan kita sedikit-sedikit bisa diatasi, dan Atas berkat rahmat Allah SWT,,marilah kita jadikan wadah untuk mengungkapkan masalah kita,,semoga dapat meringankan dan memberi pengetahuan terhadap kita,,
    Yang berminat silahkan inbok nama, perusahaan, atau area dimana anda bekerja,tidak ada unsur paksaan ,,dan tidak dipungut biaya GRATIS,,,Terima kasih.
  2. yang berminat hub atau add : csobindonesia@gmail.com